Lulus SMA dulu saya sering
bolak-balik ke perpustakaan kota Pekalongan, sekarang namanya Kantor
Perpustakaan dan Arsip Daerah (KPAD) Pekalongan. Saya dulu kurang mengerti
apakah dulu namanya juga KPAD, yang saya tahu waktu itu saya pergi ke
perpustakaan Pekalongan. Dulu saya merasa takut sekali ketinggalan info, takut
tidak berpengetahuan gara-gara lulus SMA tidak langsung kuliah. Segala macam
buku saya baca. Baik itu fiksi maupun pengetahuan umum yang kadang saya tidak
memahaminya.
Saya tidak menyangka jika
nantinya menjadi pengelola Taman Baca Masyarakat (TBM) bersama dengan keluarga
di RW saya. Saya dulu pernah bercita-cita mempunyai perpustakaan pribadi.
Mengoleksi buku dan dipajang di ruang khusus. Tapi dulu saya hanya bisa
bermimpi karena harga buku bagi saya waktu itu harganya mahal. Gaji saya
sebagai penjahit hanya bisa menutup kebutuhan sehari-hari.
Ada sebuah kebanggaan tersendiri ketika rumah
kami dulu ditunjuk untuk ditempati TBM. Waktu itu kami diberi satu lemari untuk
rak buku, plang/papan nama Taman Baca Aku Suka dan beberapa buku dari kelurahan
Setono Pekalongan. Kami sekeluarga adalah pembaca pertama buku-buku itu ketika
dikeluarkan dari kardus. Ada sepuluh ruangan di lemari tersebut dan buku-buku
dari kelurahan hanya bisa mengisi satu ruangan lemari. Sekarang alhamdulillah
lima ruangan sudah terisi buku.
Buku di TBM kami masih
acak-acakan dari segi penyusunan katalognya karena kami sadar bahwa kami bukan
lulusan S1 ilmu pustaka. Walaupun kami masih banyak kekurangan dalam kualitas
SDM , kami tidak segan-segan belajar dengan yang lain baik secara langsung
bertatap muka maupun lewat media internet. Bukunya juga kurang banyak, akan
tetapi kami menambah beberapa buku setiap bulannya dari gaji kami. Kami belum
bekerjasama dengan pihak lain untuk menambah buku.
Menjadi pengelola Taman Baca
Masyarakat (TBM) adalah profesi yang bisa dibilang lebih menantang dibanding
pengelola perpustakaan sekolah. Kalau di perpustakaan sekolah sudah pasti sasaran
yang dibidik adalah anak-anak sekolah dan guru. Sangat mudah sekali mengajak
siswa dan guru untuk memanfaatkan perpustakaan sekolah. Sasaran TBM adalah
masyarakat sekitar yang mempunyai beragam latar belakang baik itu umur,
pekerjaan, kebudayaan dan lain sebagainya. Tidak mudah mengajak mereka untuk
datang ke TBM. Sebagian besar yang datang ke TBM kami adalah anak-anak sekolah.
Tidak sulit mengajak anak-anak
untuk datang ke TBM kami. Saya sering promosi ke anak-anak di SDI Setono 01 dan
TPQ Sabilul Hidayah Setono jika ada buku
bagus atau buku baru. Kebetulan di rumah saya juga ditempati Telecenter RW,
sehingga orang-orang yang datang ke Telecenter melihat buku-buku di rak dan
membaca buku ketika menunggu giliran komputer yang sedang dipakai.
Menjadi pengelola TBM lebih
banyak sukanya dibanding dukanya, karena di TBM inilah kami bisa memberi
kemanfaatan kepada orang lain. Baik dari segi materi maupun non materi. Dukanya
paling-paling ngoprak-ngoprak masyarakat sekitar untuk mampir ke TBM
kami dan mengingatkan anak-anak ketika telat mengembalikan buku. Kami kadang
harus mendatangi rumahnya untuk segera mengembalikan buku. Mereka yang meminjam
kebanyakan adalah anak perempuan, sedangkan anak laki-laki lebih menyukai dan
memanfaatkan Telecenter RW. Duka yang lainnya adalah ketika kami mengajak
pemuda sekitar untuk bergabung dengan kami. Kemarin kami sudah mencoba
membentuk struktur organisasi dan kami mengundang pemuda sekitar. Dari 10
undangan, yang hadir hanya 2 orang.
Saat ini kami sedang berusaha
menambah kegiatan di TBM Aku suka. Kami ingin meniru TBM yang sudah juara di
kancah jambore perpustakaan Pekalongan, yaitu perpustakaan Flamboyan Sapuro.
Ada satu kegiatan yang sudah berjalan di TBM kami, yaitu pembuatan majalah
dinding setiap sebulan sekali. Majalah dinding ini berisi karya anak-anak di
daerah kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar